Lieya Mafa

welcome

Lorem Ipsum is simply dummy text of the printing and typesetting industry. Lorem Ipsum has been the industrys standard dummy text ever since the 1500s, when an unknown printer took a galley of type and scrambled it to make a type specimen book. It has survived not only five centuries, but also the leap into electronic typesetting, remaining essentially unchanged. It was popularised in the 1960s with the release of Letraset sheets containing Lorem Ipsum passages, and more recently with desktop publishing software like Aldus PageMaker including versions of Lorem Ipsum.

Sejarah Lingkungan : Sejarah Desa Mutih Kulon



Menurut kaul masyhur, dahulu kala (betepatan dengan Pemerintahan Ratu Kalinyamat-JEPARA) datang Seorang Dai dari Hadra Maut (Yaman) di desa MUTIH KULON.
Beliau adalah Syeikh Maulana Abdur Rahman Al-bar, atau masyarakat setempat menyebutnya dengan Mbah Maulono.
Waktu itu desa masih berupa belantara dan tertutup rerimbunan pohon. Dengan sabar beliau membuka lahan dan merasa nyaman disana.
Hingga Suatu hari Ratu Kalinyamat kehilangan Kijang Kencana. Merasa gelisah, Ratupun mengadakan sayembara dengan bunyi:
BARANG SIAPA YANG MENEMUKAN KIJANG KENCANANYA MAKA AKAN DIBERI HADIAH.
Para prajurit dan utusan pun berbondong-bondong mencari Kijang Kencana Sang Ratu. Hingga disuatu tempat mereka menemukan Kijang Kencana ada bersama Mbah Maulono.
Prajurit dan Utusan pun segera menyampaikan apa yang disayembarakan Ratu kepada Mbah Maulono.
Namun sayang, para prajurit dan utusan itu salah dengar.
Harusnya YANG MENEMUKAN KIJANG KENCANA ITU DIBERI HADIAH. Namun mereka mendengarnya: YANG MENEMUKAN KIJANG KENCANA ITU HARUS DIBUNUH.
Mendengar penuturan para prajurit dan utusan, Mbah Maulono hanya pasrah, dan mempersilahkan prajurit membunuhnya dengan syarat nantinya harus dimakamkan di tanah yang wangi dan tawar airnya.
Setelah menciumi jengkal demi jengkal tanah ahirnya prajurit itu menemukan tempat yang dimaksud. Dan di tempat inilah mbah Maulana ditewasi.
Betapa terkejutnya mereka mendapati darah Mbah Maulana berwarna putih dan mengalir kearah barat (kulon). Hingga ahirnya mereka sepakat menakan tempat itu dengan MUTIH KULON.
Setelah itu prajurit kembali ke istana dan menyampaikan kepada ratu tentang tugas mereka. Namun betapa marah besarnya Ratu dan tak habis pikir ini terjadi.
Ahirnya Ratu pun mengecek ke TKP. Dan betapa menyesalnya Beliau tentang kesalahan ini. Ternyata sebelumnya Ratu pernah melihat sosok Mbah Maulana dan sempat naksir kepadanya. (Wallahu A'lam)

2 komentar:

Unknown mengatakan...

siiiippp.....

Miliana mengatakan...

keren banget sejarahnya nice blog and nice info

wifi portable adalah

Posting Komentar